SURABAYA – Seorang pimpinan lembaga di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya mengalami tindak kekerasan oleh koleganya.
Tindak kekerasan berupa pemukulan bertubi-tubi hingga menimbulkan memar ini dilakukan oleh Ketua Prodi Studi Islam, Dr H Suis, M.Fil.I kepada Wakil Direktur Program Pasca Sarjana UINSA, Dr Ahmad Nur Fuad, di ruang kerja wadir lantai 2 gedung pasca sarjana twin tower B UINSA pada Senin lalu (10/8/2020).
Dalam keterangan pers yang dilakukan Selasa siang ini (11/8/2020), Fuad memberikan penjelasan dan kronologi lengkap tentang kejadian pemukulan tersebut.
“Saya sudah mendapat lampu hijau dari pimpinan yang mengijinkan dan mendukung untuk membawa kejadian ini diproses secara hukum,’’ katanya.
Fuad memaparkan, kejadian itu diawali dengan ungkapan kekecewaan Suis padanya. “Pukul 9 pagi masuk ruangan saya hanya ngomong sedikit bahwa tidak ada harmoni karena sebagai kaprodi harga dirinya direndahkan. Dia menganggap saya telah mengambil keputusan yang tidak melibatkan dirinya tentang rencana kegiatan mahasiswa program studi S2 yang mendapatkan beasiswa Kemenpora.’’
Belum sempat Fuad memberikan penjelasan yang bersangkutan langsung menghampirinya yang masih duduk di balik meja kerja .
“Kemudian memukul saya beberapa kali lebih dari 5 kali pukulan di sisi kiri kepala saya. Sy tidak mengira dia akan memukul,’’ ungkap Fuad.
Tak hanya melakukan pemukulan, Fuad menekankan, Suis juga melontarkan perkataan kasar kepadanya.
“Saya berusaha memberikan penjelasan tapi tidak diterimanya. Tetap saja mengeluarkan omongan yang verbal kasar,’’ sambung Fuad.
Kemudian Fuad segera mengajak Suis bersama menghadap Direktur Program Magister UINSA untuk mendapatkan penjelasan perencanaan program kegiatan yang dipersoalkan.
“Saat bertemu direktur muncul omongan yang kasar juga. Tidak becus dan sebagainya. Setelah itu dia keluar. Diajak Pak Direktur diskusi baik-baik juga tidak mau,” paparnya.
Selanjutnya persoalan pemukulan ini sudah dilaporkan kepada rektor UINSA. Dan langsung digelar rapat senat, Selasa pagi (11/8/2020), yang dihadiri rektor, wakil rektor, dan ketua senat untuk membahas masalah ini secara kelembagaan dan berdasarkan kode etik yang ada.
Fuad menandaskan perlu adanya kebijakan yang tegas dan adil dari pimpinan kampus untuk menyelesaikan masalah ini.
‘’Kalau tidak ada kebijakan yang tegas dari pimpinan UINSA, maka akan ada perasaan tidak aman dan tidak selamat bagi pengelola pascasarjana ini. Mulai dari jajaran direktur, wakil direktur dan kaprodi yang lain, juga teman-teman dari tenaga administrasi dan kependidikan. Pada Rektor yang bersangkutan sudah mengakui dan berkata khilaf dan menyampaikan kalau sudah sampai soal harga diri bisa sampai nyawa taruhannya. Ini bisa muncul rasa tidak aman, jadi insecure,’’ tandasnya.
Fuad sendiri saat berita ini diturunkan sudah melakukan visum dan melaporkan tindak pemukulan pada dirinya ini ke Polresta Surabaya untuk diproses lebih lanjut.
Dia sangat menyayangkan bila lembaga pendidikan tinggi yang sesungguhnya harus mengedepankan diskusi dan kemampuan nalar untuk membahas berbagai masalah justru melakukan hal yang sebaliknya. (*)