JAKARTA – Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Kyai Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, menyampaikan bahwa, Calon Presiden nomor urut 01, Ir. Joko Widodo kembali memenangkan dengan telak dalam debat kedua ini.
“Pak Jokowi sangat menguasai masalah dengan menyampaikan capaian keberhasilan, sementara Prabowo hanya bicara normatif dan banyak mengakui keberhasilannya Pak Jokowi dalam banyak hal. Prabowo terkesan tidak menguasai masalah, miskin konsep, terutama hal-hal yang terkait dengan program yang lebih fokus, selalu mengulang-ngulang dan tidak nyambung,” ujarnya.
Menurutnya dalam pemaparan visi dan misi terlihat sekali terjadi perbedaan yang tajam. Prabowo melangit, Jokowi membumi. Prabowo bicara soal kemandirian namun tidak menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan untuk mendukung ke arah terwujudnya kemandirian tersebut.
“Bicara soal swasembada pangan, tetapi tidak mengurai tentang bagaimana cara mencapainya. Belum lagi bicara soal swasembada air, apa maksudnya dengan istilah itu?,” katanya.
“Sementara Pak Jokowi memaparkan visi dengan menjelaskan capaian dan langkah yang lebih konkret dan realistis. Bicara soal infrastruktur dasar yang dirasakan rakyat di pedesaan berupa jalan, irigasi dan infrastruktur dasar lainnya, bukan hanya jalan tol, bendungan, dll. Pak Jokowi juga bicara soal prestasi pangan dengan menyampaikan keberhasilannya dengan contoh produksi jagung. Soal lingkungan juga jelas tentang tidak ada kebakaran hutan selama tiga tahun terakhir ini. Termasuk juga soal sampah. Energi fosil yang sudah dimulai.” imbuhnya.
Menjawab soal Indeks Kompetisi Global (GCI), Ace menilai Jokowi kembali menunjukan kelasnya dengan penguasaan terhadap substansi infrastruktur. “Pak Jokowi telah melakukan program yang lebih maju dengan melakukan digitalisasi industri 4.0.” ucap Ace.
Serangan Prabowo soal infrastruktur yang tidak berpihak kepada rakyat dan tanpa perencanaan yang matang, Jokowi dengan lugas dan tenang menjawabnya. Kembali Prabowo menyerang dengan infrastruktur yang mahal seperti LRT dan MRT tanpa menyebutkan angka dan datanya yang memadai.
“Padahal biaya pembangunan LRT Jabodetabek per kilometer Rp 673 miliar, sementara di Malaysia LRT Kelana Jaya Malaysia biaya per km nya Rp 817 miliar / km. Prabowo bilang Malaysia dua kali lebih efektif daripada Indonesia. Lagi lagi sebar hoax.” tuturnya.
“Pak Jokowi menyatakan bahwa salah besar kalau tanpa perencanaan yang matang dan tidak digunakan rakyat. Pak Jokowi menjawab dengan santai bahwa pemanfaatan infrastruktur membutuhkan waktu. Misalnya, budaya penggunaaan transportasi publik membutuhkan waktu. Juga dengan pembangunan bandara di Jawa Barat masih membutuhkan infrastruktur lainnya. Juga soal ganti rugi pembangunan infrastruktur yang dinilai tidak pro rakyat, Pak Jokowi mengatakan bahwa justru yang terjadi ganti untung.” tambahnya.
Soal reformasi agraria menurut Ace, sangat merupakan hal yang semakin mengunggulkan kemenangan Jokowi. Berbagai program seperti program Perhutanan Sosial, konsesi tanah untuk masyaraat adat dan ulayat adalah program yang konkret, selain program sertipikasi tanah.
“Soal tata kelola sawit, Pak Prabowo menyatakan program yang normatif dengan menyebut perkebunan inti rakyat dan plasma. Program itu sudah sejak zaman baheula dilaksanakan. Pak Jokowi menyatakan bahwa produksi sawit semakin tinggi dan sudah dipergunakan untuk B20 untuk memenuhi biodiesel,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa, perdebatan soal lingkungan hidup, Prabowo lebih banyak mengakui keberhasilan Jokowi dalam hal penegakan hukum lingkungan dan program yang lebih konkret misalnya soal Citarum Harum di Jawa Barat. Sementara Prabowo tak ada yang ditawarkan kecuali mengafirmasi program Jokowi.
“Soal industri 4.0, Pak Jokowi sangat menguasai. Beliau piawai bicara soal infrastruktur teknologi informasi hingga bagaimana pemanfaatannya. Penggunaan industri 4.0 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pak Jokowi dengan fasih bicara industri 4.0 ini dipergunakan untuk semakin memperkuat nilai tambah untuk rakyat. Penjelasan Pak jokowi leboh konkret soal fintech dan juga soal marketplace. Pak Jokowi sangat fasih bicara soal unicorn dan startup. Sementara respon Prabowo sangat normatif dan cenderung tidak nyambung. Prabowo menjelaskan industri 4.0 namun dikaitkan dengan uang yang tersimpan di luar negeri,” jelasnya.
“Sekali lagi, Pak Jokowi unggul telak dan sangat menguasai tema ini. Programnya lebih konkret dan teruji. Sementara Pak Prabowo selalu mengulang-mengulang narasi normatif soal pasal 33, tanah, air dan udara dikuasi negara. Memang Pak Prabowo konsisten dengan paradoks-nya,” pungkasnya. (Red).